Jumat, 24 Juni 2011

KALIMAT, PARAGRAF, DAN WACANA,Kategori Sintaksis,Fungsi Sintaksis,Peran Semantis,Macam-Ragam Kalimat

KALIMAT, PARAGRAF, DAN WACANA

Kalimat

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu:

1. Kategori Sintaksis

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilaku yang sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam suatu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata.

Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori sintaksis utama (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan (4) adverbial atau kata keterangan.

2. Fungsi Sintaksis

Tipa kata atau frase dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping itu, ada fungsi lain seperti atributif( menerangkan), kordinatif( yang menggabungkan secara setara), subordinatif( yang menggabungkan secara bertingkat).
Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud frase verbal, adjectival, nominal, numeral, dan preposisional. Disamping predikat kalimat mempunyai pula subjek. Dalam bahasa Indonesia subjek biasanya terletak di muka predikat. Ada juga kalimat yang mempunyai objek. Pada umumnya objek yang berupa frasa nominal berada di belakang, predikat yang berupa frasa verbal transitif aktif; objek itu berfungsi sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif.Selain itu, ada juga pelengkap yang mirip dengan objek. Pelengkap umumnya berupa frasa nominal, dan frasa nominal itu juga berada di belakang predikat verbal. Perbedaannya adalah pelengkap tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.

3. Peran Semantis

Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantic tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
1) Farida menunggui adiknya
2) Pencuri itu lari.
3) Penjahat itu mati.

Dari segi peran semantis, Farida pada (1) adalah pelaku yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat inin adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada (2) adalah juga pelaku-dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi penjahat pada (3) bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan (2), penjahat itu pada (3) adalah sasaran.

4. Macam-Ragam Kalimat

Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek atau predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Istilah kalimat juaga mengandung unsur paling tidak subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi atau tanda baca.

Jika ditinjau dari jumlah klausanya, kalimat dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk.Kalimat tunggal adalah kalimat yang proposisinya satu dan karena itu predikatnya pun satu, atau dianggap satu karena merupakan predikat majemuk.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih. Jika hubungan antara klausa satu dengan yang lain dalam satu kalimat menyatakan hubungan koordinatif, maka kalimat macam itu dinamakan kalimat majemuk setara. Jika hubungan subordinatif, yakni yang satu nerupakan induk, sedangkan yang lain merupakan keterangan tambahan, maka kalimat macam itu dinamakan kalimat majemuk bertingkat.

Dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat berupa kalimat lengkap dan kalimat taklengkap. Kalimat lengkap adalah kalimat yang unsur-unsur minimal seperti subjek dan predikat semuanya ada. Kalimat taklengkap adalah kalimta yang beberapa unsure intinya tidak dinyatakan.Dari segi urutan subjek-predikatnya, kalimat dapat berupa kalimat biasa atau kalimat inversi.
Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah bagian karagan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Dalam paragraf terdapat tiga persyaratan agar paragraf menjadi padu, yaitu kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. Apabila sebuah paragraf deskriptif atau naratif,secara lahiriah unsur paragraf itu berupa:
1) kalimat topik atau kalimat utama.
2) kalimat pengembang atau kalimat penjelas.
3) kalimat penegas
4) kalimat, klausa, prosa,dan penghubung

Dalam sebuah karangan yang utuh,fungsi utama paragraph yaitu:

1) Untuk menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru,
2) Sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide sebelumnya atau,
3) Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu.

b. Syarat Paragraf Yang Baik

a) Kepaduan Paragraf
Untuk mencapai kepaduan,langkah-langkah yang harus anda tempuh adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu. Bagaimana agar kalimat-kalimat bartahan secara logis dan padu?Gunakanlah kata penghubung.


Tardapat dua jenis kata penghubung,yaitu :

• Kata Penghubung Intrakalimat

Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.Contoh: karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka, dan lain-lain.
• Kata Penghubung Antarkalimat

Kata penghubung antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya.Contoh: oleh karena itu, jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan, dan lain-lain.

b) Kesatuan Paragraf

Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif,sdangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf disebut paragraf induktif.

c) Kelengkapan Paragraf

Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian,keterangan,contoh,dan lain-lain. Selain itu,kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Kemudian paragraf berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara, pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat,definisi,dan klasifikasi.
Wacana

Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu.

Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.

1. Alat Wacana

Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain: Pertama, konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain.

Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain: Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua, menggunakan hubungan generik - spesifik; atau sebaliknya spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab - akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana.

2. Jenis Wacana
Berkenaan dengan sasarannya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis, dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis.Dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi wacana prosa dan wacana puisi. Selanjutnya, wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana argumentasi.